Sebelumnya saya mau minta maaf untuk postingan
kali ini. Maaf apabila ada kalimat yang kurang berkenan atau ada yang merasa
tersinggung. Bismillah..
Awalnya saya tidak ada niatan untuk membahas
masalah ini, tetapi hal yang sama terus terjadi didepan mata saya. Lama-lama
saya merasa “gatal”. Bukan maksud saya untuk menakut-nakuti atau apapun, saya
hanya ingin memberikan awarness kepada masyarakat dan khususnya kepada wanita.
Saya selalu merasa “tersentil” setiap mendengar
berita kekerasan ataupun pelecehan terhadap kaum wanita. Memang tidak selalu
pihak pria yang disalahkan, mungkin saja pihak wanita yang memancing sehingga
terjadi kejadian yang tidak mengenakan. Saya mencoba melihat masalah ini dari
perspektif wanita maupun pria.
Kebetulan saya sedang magang, dan ditempat
magang tersebut ada seorang ibu rumah tangga, memiliki 2 orang anak, yang
menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Si wanita sepengatahuan
saya orangnya periang, agak cerewet, dan ramah. Ibadahnya juga rajin. Beliau
bekerja keras banting tulang. Pagi hingga siang bekerja di kantor, kemudian
sore hingga malam harinya bekerja paruh waktu. Beliau yang memenuhi kebutuhan
keluarga. Lalu bagaimana dengan sang suami??menganggur, ya tidak punya
pekerjaan. Apakah si pria ikut andil dalam mengurus anak??eemmm, setau saya si
wanita minta dicarikan seorang pengasuh, itu berarti si pria tidak banyak
berperan dalam mengurus anak, padahal kondisinya sedang tidak bekerja.
Hari Rabu pagi, si wanita datang dengan mata
lebam dan biru, kepala berdarah, dan luka memar disekujur tubuh. Sebelumnya beliau pernah mengalami
pembengkakan hingga merah di bagian mata. Pernah ditendang. Kepalanya juga pernah
dipukul dengan martil, dan masih banyak tindak kekerasan yang dilakukan oleh si
pria. Belum lagi dengan kekerasan verbal dan kata-kata kasarnya. Inalillahi. Dulu,
saya hanya mendengar masalah KDRT di televisi, koran atau dari mulut ke mulut
dan kali ini saya benar-benar melihat LANGSUNG korban kekerasan. Tau yang ada
dipikiran saya saat itu??ingin rasanya menghajar si pria sampe babak belur!!!
Maaf memang terdengar kasar. Entah apa yang ada dipikiran pria itu sampe tega menyiksa
si wanita. Merasa hebat??merasa jagoan??ato merasa berkuasa?? Entahlah.. Lalu
pada saat si wanita ke rumah sakit untuk mengobati luka akibat kekerasan,
apakah si pria perduli??Tidak, sama sekali tidak.
Saya pernah mendengar, islam memperbolehkan
apabila seorang istri melakukan kesalahan, sudah diperingati tapi tidak juga
menurut, maka suami boleh memukul. Kalaupun memang si wanita melakukan kesalahan,
apa patut memukulnya hingga babak belur?? Saya yakin jika pria itu adalah pria
yang soleh dan mengerti agama maka tidak akan mungkin melakukan hal seperti
itu. Rasulullah saw. pun tidak pernah mengajarkan yang demikian. Beliau begitu
memuliakan dan menyayangi istri-istrinya.
Dan yang lebih heran lagi si wanita tetap
bertahan dengn kondisi rumah tangga yang demikian kacau. Ia selalu berdalih si
pria sebenarnya sayang terhadap anak-anaknya, ia bisa mengurus anak-anaknya, nanti
nasib anak-anaknya bagaimana, dan lain-lain. Saya heran dengan pembelaan dan
juga ketabahan yang dimiliki si wanita. Sebenarnya sudah beberapa kali teman-temanya
menasehati agar melaporkan kejadian ini kepada polisi. Mungkin itu adalah
bentuk ketaatan kepada suami, tapi bukankah tidak ada maknanya sebuah ketaatan
terhadap makhluk yang ingkar kepada Allah SWT??
Wallahualam..
Saya hanya bisa berdoa semoga si wanita
diberikan ketabahan dan kekuatan, dan semoga si pria mendapatkan hidayah dari
Allah SWT. agar segera berubah, aamiiinnn..
Kemudian dengan masalah pelecehan seksual baik
verbal maupun fisik,baik yang ringan maupun berat. Ya rasanya sama, ingin menghajar
si pelaku hingga babak belur!!!!! Saya ingat peristiwa dikampus saya dulu, pernah
terjadi peristiwa pemerkosaan terhadap wanita berjilbab, bukan level berkerudung
lagi ya, tapi berJILBAB. Ini hanya satu dari sekiaaan banyak kasus pelecehan
terhadap wanita. Lalu siapa yang harus disalahkan?? Rasa-rasanya untuk masalah
ini seperti lingkaran setan. Semua SALAH. Kita sebagai wanita harus mampu untuk
menjaga tingkah laku, karena sesungguhnya wanita adalah aurat. Dan pria harus
mampu untuk menjaga pandangan dan hawa nafsunya. Pola asuh keluarga dan
lingkungan sekitar juga penting dalam pembentukan iman dan moral. Pemerintah pun
turut andil, lihat bagaimana tempat prostitusi masih saja marak, dan bukan
secara diam-diam, tetapi sudah terang-terangan. Atau masih ingat dengan kebijakan
pemerintah dengan pembagian kondom gratis bagi remaja untuk menekan angka
penderita AIDS?? (maaf menurut saya ini solusi yang konyol) Sekali lagi kesemua
elemen ikut andil dalam pembentukan moral. Ketika suatu peristiwa amoral menjadi
makanan sehari-hari dan terlihat biasa saja, berarti ada yang salah kan??
Kemudian masih ingat dengan masalah bupati
Aceng Fikri??Dulu saya cuma mendengar masalah “suami nakal”, dan sekarang saya
melihatnya sendiri. Melihat seorang suami yang bertemu dengan wanita lain secara
diam-diam, menikah dengan wanita lain tanpa ijin istri, hobi nyawer, joged,
pergi ke club, diskotik. Naudzubillah. Mungkin ini jadi salah satu akibat
karena istri yang tidak mampu menjaga amanah suami, makanya suami tidak betah
dan berkeliaran kemana-mana. Ketika pihak istri sudah taat?? itu tandanya pihak
suami yang gagal dan tidak mampu menjaga amanah sebagai kepala rumah tangga,
pemimpin sekaligus pembimbing. Lho ini kan masalah pribadi, masalah intern
rumah tangga, kenapa jadi masuk ke tindak kekerasan dan pelecehan?? ya, memang
ini masalah intern, dan terkadang ini adalah awal mula terjadinya KDRT. KDRT
bukan hanya masalah fisik saja loh, tetapi batin juga. Mungkin yang masih
hangat, ada kasus seorang walikota yang menikah lagi dan akhirnya
menelantarkan istri dan anak-anaknya (bisa liat petisinya di change.org klik here)
Mungkin introspeksi menjadi salah satu solusi
terbaik untuk masalah-masalah diatas. Ada akibat pasti ada sebabnya. Iman
menjadi pondasi terkuat. Ketika iman sudah hilang, ya begini jadinya..
Yang jelas setiap kejadian yang Allah SWT.
hadirkan pasti ada hikmahnya. Karena tidak mungkin Dia membuat skenario hidup
hanya sekedar “iseng” saja. Ketika Allah SWT. menghadirkan kenyataan seperti
ini di depan mata saya, pasti ada alasanya. Mungkin ini jadi pelajaran bagi
kita dan saya khususnya untuk menuju perbaikan dan tidak mengalami peristiwa
yang sama..
Wallahualam..
Sekali lagi saya meminta maaf kalau ada yang
salah, atau ada yang merasa tersinggung.
Yuk, mohon ampun bersama-sama. Astagfirullah..
Note: untuk lebih menyadarkan kita, bisa klik
disini
No comments:
Post a Comment