Feb 23, 2013

Me Against Violence


Sebelumnya saya mau minta maaf untuk postingan kali ini. Maaf apabila ada kalimat yang kurang berkenan atau ada yang merasa tersinggung. Bismillah..

Awalnya saya tidak ada niatan untuk membahas masalah ini, tetapi hal yang sama terus terjadi didepan mata saya. Lama-lama saya merasa “gatal”. Bukan maksud saya untuk menakut-nakuti atau apapun, saya hanya ingin memberikan awarness kepada masyarakat dan khususnya kepada wanita.

Saya selalu merasa “tersentil” setiap mendengar berita kekerasan ataupun pelecehan terhadap kaum wanita. Memang tidak selalu pihak pria yang disalahkan, mungkin saja pihak wanita yang memancing sehingga terjadi kejadian yang tidak mengenakan. Saya mencoba melihat masalah ini dari perspektif wanita maupun pria.

Kebetulan saya sedang magang, dan ditempat magang tersebut ada seorang ibu rumah tangga, memiliki 2 orang anak, yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Si wanita sepengatahuan saya orangnya periang, agak cerewet, dan ramah. Ibadahnya juga rajin. Beliau bekerja keras banting tulang. Pagi hingga siang bekerja di kantor, kemudian sore hingga malam harinya bekerja paruh waktu. Beliau yang memenuhi kebutuhan keluarga. Lalu bagaimana dengan sang suami??menganggur, ya tidak punya pekerjaan. Apakah si pria ikut andil dalam mengurus anak??eemmm, setau saya si wanita minta dicarikan seorang pengasuh, itu berarti si pria tidak banyak berperan dalam mengurus anak, padahal kondisinya sedang tidak bekerja.

Hari Rabu pagi, si wanita datang dengan mata lebam dan biru, kepala berdarah, dan luka memar disekujur tubuh.  Sebelumnya beliau pernah mengalami pembengkakan hingga merah di bagian mata. Pernah ditendang. Kepalanya juga pernah dipukul dengan martil, dan masih banyak tindak kekerasan yang dilakukan oleh si pria. Belum lagi dengan kekerasan verbal dan kata-kata kasarnya. Inalillahi. Dulu, saya hanya mendengar masalah KDRT di televisi, koran atau dari mulut ke mulut dan kali ini saya benar-benar melihat LANGSUNG korban kekerasan. Tau yang ada dipikiran saya saat itu??ingin rasanya menghajar si pria sampe babak belur!!! Maaf memang terdengar kasar. Entah apa yang ada dipikiran pria itu sampe tega menyiksa si wanita. Merasa hebat??merasa jagoan??ato merasa berkuasa?? Entahlah.. Lalu pada saat si wanita ke rumah sakit untuk mengobati luka akibat kekerasan, apakah si pria perduli??Tidak, sama sekali tidak.

Kekerasan dalam rumah tangga

Saya pernah mendengar, islam memperbolehkan apabila seorang istri melakukan kesalahan, sudah diperingati tapi tidak juga menurut, maka suami boleh memukul. Kalaupun memang si wanita melakukan kesalahan, apa patut memukulnya hingga babak belur?? Saya yakin jika pria itu adalah pria yang soleh dan mengerti agama maka tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu. Rasulullah saw. pun tidak pernah mengajarkan yang demikian. Beliau begitu memuliakan dan menyayangi istri-istrinya.

Dan yang lebih heran lagi si wanita tetap bertahan dengn kondisi rumah tangga yang demikian kacau. Ia selalu berdalih si pria sebenarnya sayang terhadap anak-anaknya, ia bisa mengurus anak-anaknya, nanti nasib anak-anaknya bagaimana, dan lain-lain. Saya heran dengan pembelaan dan juga ketabahan yang dimiliki si wanita. Sebenarnya sudah beberapa kali teman-temanya menasehati agar melaporkan kejadian ini kepada polisi. Mungkin itu adalah bentuk ketaatan kepada suami, tapi bukankah tidak ada maknanya sebuah ketaatan terhadap makhluk yang ingkar kepada Allah SWT??

Wallahualam..

Saya hanya bisa berdoa semoga si wanita diberikan ketabahan dan kekuatan, dan semoga si pria mendapatkan hidayah dari Allah SWT. agar segera berubah, aamiiinnn..

Kemudian dengan masalah pelecehan seksual baik verbal maupun fisik,baik yang ringan maupun berat. Ya rasanya sama, ingin menghajar si pelaku hingga babak belur!!!!! Saya ingat peristiwa dikampus saya dulu, pernah terjadi peristiwa pemerkosaan terhadap wanita berjilbab, bukan level berkerudung lagi ya, tapi berJILBAB. Ini hanya satu dari sekiaaan banyak kasus pelecehan terhadap wanita. Lalu siapa yang harus disalahkan?? Rasa-rasanya untuk masalah ini seperti lingkaran setan. Semua SALAH. Kita sebagai wanita harus mampu untuk menjaga tingkah laku, karena sesungguhnya wanita adalah aurat. Dan pria harus mampu untuk menjaga pandangan dan hawa nafsunya. Pola asuh keluarga dan lingkungan sekitar juga penting dalam pembentukan iman dan moral. Pemerintah pun turut andil, lihat bagaimana tempat prostitusi masih saja marak, dan bukan secara diam-diam, tetapi sudah terang-terangan. Atau masih ingat dengan kebijakan pemerintah dengan pembagian kondom gratis bagi remaja untuk menekan angka penderita AIDS?? (maaf menurut saya ini solusi yang konyol) Sekali lagi kesemua elemen ikut andil dalam pembentukan moral. Ketika suatu peristiwa amoral menjadi makanan sehari-hari dan terlihat biasa saja, berarti ada yang salah kan??

Kemudian masih ingat dengan masalah bupati Aceng Fikri??Dulu saya cuma mendengar masalah “suami nakal”, dan sekarang saya melihatnya sendiri. Melihat seorang suami yang bertemu dengan wanita lain secara diam-diam, menikah dengan wanita lain tanpa ijin istri, hobi nyawer, joged, pergi ke club, diskotik. Naudzubillah. Mungkin ini jadi salah satu akibat karena istri yang tidak mampu menjaga amanah suami, makanya suami tidak betah dan berkeliaran kemana-mana. Ketika pihak istri sudah taat?? itu tandanya pihak suami yang gagal dan tidak mampu menjaga amanah sebagai kepala rumah tangga, pemimpin sekaligus pembimbing. Lho ini kan masalah pribadi, masalah intern rumah tangga, kenapa jadi masuk ke tindak kekerasan dan pelecehan?? ya, memang ini masalah intern, dan terkadang ini adalah awal mula terjadinya KDRT. KDRT bukan hanya masalah fisik saja loh, tetapi batin juga. Mungkin yang masih hangat, ada kasus seorang walikota yang menikah lagi dan akhirnya menelantarkan istri dan anak-anaknya (bisa liat petisinya di change.org klik here)

Stop violence against women


Mungkin introspeksi menjadi salah satu solusi terbaik untuk masalah-masalah diatas. Ada akibat pasti ada sebabnya. Iman menjadi pondasi terkuat. Ketika iman sudah hilang, ya begini jadinya..

Yang jelas setiap kejadian yang Allah SWT. hadirkan pasti ada hikmahnya. Karena tidak mungkin Dia membuat skenario hidup hanya sekedar “iseng” saja. Ketika Allah SWT. menghadirkan kenyataan seperti ini di depan mata saya, pasti ada alasanya. Mungkin ini jadi pelajaran bagi kita dan saya khususnya untuk menuju perbaikan dan tidak mengalami peristiwa yang sama..

Wallahualam..

Sekali lagi saya meminta maaf kalau ada yang salah, atau ada yang merasa tersinggung.

Yuk, mohon ampun bersama-sama. Astagfirullah..

Note: untuk lebih menyadarkan kita, bisa klik disini

No comments:

Post a Comment